Berawal dari minimnya ilmu pengetahuan dan lahan pertanian tidak terurus, sekelompok pemuda yang mengtasnamakan dirinya Saung Pemuda dari desa Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten berusaha mewujudkan kampung halamannya dengan membuat perpustakaan mini guna melek ilmu pengetahun.
Gagasan untuk membuat perpustakaan ini dilandasi atas dasar kurangnya perhatian pemerintah terhadap fasilitas pendidikan dan dari tenaga ahli dalam hal ilmu pengetahun dan teknologi. Tidak hanya itu saja, mayoritas para remaja setempat yang sudah menyelesaikan pendidikan banyak yang pergi begitu saja dan meninggalkan kampung halaman tercinta, guna memilih hidup di kota besar untuk mengais rezeki. Tentuny ilmu yang didapat selama mengeyam bangku pendidikan ketika di sekolah, ilmu yang didapat menjadi sia-sia dan tidak bisa diterapkan dimasyarakat.
Meski, Desa Cibeber merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam hayati, mulai dari hutan, sawah dan berbagai macam jenis pertanian yang bisa dikembangkan. Seiring dengan kepergian para remaja, lahan subur itu kemudian berubah menjadi lahan yang tidak terawatt. Hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjalakan roda perekonomian dengan cara bertani.
Tekad untuk membuat perpustakaan di kampung halaman tercinta bukanlah hal mudah dan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak hambatan dan menemui perdebatan panjang, mulai dari penyediaan tempat, izin kepala desa dan banyak hal lainnya yang bersifat meragukan dari masyarakat desa.
Berkat tekad kuat dan ketekunan, Saung Pemuda mulai menggerakan langkah pertamanya dengan mengkoordinir para remaja yang merantau di Jakarta sebagai motor penggerak dalam mewujudkan perpustakaan. yakni dengan membuat iuran Rp. 10.000 untuk setiap orang dan ditarik satu bulan sekali guna keperluaan pengadaan buku.
Ironisnya, harga buku pelajaran semakin melonjak tinggi, hingga hal ini membuat dana iuran tidak cukup untuk membeli buku-buku pelajaran yang berkualitas. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pejuang ilmu pengetahan untuk mewujudkan komitmennya. Bahkan menjadi pemacu semangat untuk pembuatan ruang ilmu pengetahuan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Saung Pemuda menjalin kerjasama dengan Delapan Penjuru, yakni sebuah komunitas petualang yang mendedikasikan kegiatannya untuk mencerdaskan bangsa. Meski bukan kominitas besar, namun tekad dan semangat untuk membuat pendidikan bagi anak-anak pelosok di Indonesia menjadi lebih baik.
Tidak kurang, bahkan lebih dari 1.200 buku layak pakai (bekas) dapat tersalurkan dan dimanfaatkan oleh anak-anak yang berada di daerah perbukitan desa Cibeber. Tanpa biaya yang besar dan memiliki semangat kuat, buku pelajaran yang terdiri dari bebagai ilmu pengetahuan sampai ditujuan, meski harus menempuh jarak ratusan kilometer dari Jakarta.
Niat untuk membangun perpustakaan mini ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan bagi Saung Pemuda dan Delapan Penjuru dalam hal mencerdaskan anak-anak desa pedalaman dibidang pendidikan. Dengan harapan kedepan, anak-anak desa yang tumbuh menjadi remaja tidak perlu lagi mengais rezeki ditanah orang lain, melainkan membaktikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan menjadi tuan rumah di kampung halaman tercinta.(dharma)
Gagasan untuk membuat perpustakaan ini dilandasi atas dasar kurangnya perhatian pemerintah terhadap fasilitas pendidikan dan dari tenaga ahli dalam hal ilmu pengetahun dan teknologi. Tidak hanya itu saja, mayoritas para remaja setempat yang sudah menyelesaikan pendidikan banyak yang pergi begitu saja dan meninggalkan kampung halaman tercinta, guna memilih hidup di kota besar untuk mengais rezeki. Tentuny ilmu yang didapat selama mengeyam bangku pendidikan ketika di sekolah, ilmu yang didapat menjadi sia-sia dan tidak bisa diterapkan dimasyarakat.
Meski, Desa Cibeber merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam hayati, mulai dari hutan, sawah dan berbagai macam jenis pertanian yang bisa dikembangkan. Seiring dengan kepergian para remaja, lahan subur itu kemudian berubah menjadi lahan yang tidak terawatt. Hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjalakan roda perekonomian dengan cara bertani.
Tekad untuk membuat perpustakaan di kampung halaman tercinta bukanlah hal mudah dan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak hambatan dan menemui perdebatan panjang, mulai dari penyediaan tempat, izin kepala desa dan banyak hal lainnya yang bersifat meragukan dari masyarakat desa.
Berkat tekad kuat dan ketekunan, Saung Pemuda mulai menggerakan langkah pertamanya dengan mengkoordinir para remaja yang merantau di Jakarta sebagai motor penggerak dalam mewujudkan perpustakaan. yakni dengan membuat iuran Rp. 10.000 untuk setiap orang dan ditarik satu bulan sekali guna keperluaan pengadaan buku.
Ironisnya, harga buku pelajaran semakin melonjak tinggi, hingga hal ini membuat dana iuran tidak cukup untuk membeli buku-buku pelajaran yang berkualitas. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pejuang ilmu pengetahan untuk mewujudkan komitmennya. Bahkan menjadi pemacu semangat untuk pembuatan ruang ilmu pengetahuan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Saung Pemuda menjalin kerjasama dengan Delapan Penjuru, yakni sebuah komunitas petualang yang mendedikasikan kegiatannya untuk mencerdaskan bangsa. Meski bukan kominitas besar, namun tekad dan semangat untuk membuat pendidikan bagi anak-anak pelosok di Indonesia menjadi lebih baik.
Tidak kurang, bahkan lebih dari 1.200 buku layak pakai (bekas) dapat tersalurkan dan dimanfaatkan oleh anak-anak yang berada di daerah perbukitan desa Cibeber. Tanpa biaya yang besar dan memiliki semangat kuat, buku pelajaran yang terdiri dari bebagai ilmu pengetahuan sampai ditujuan, meski harus menempuh jarak ratusan kilometer dari Jakarta.
Niat untuk membangun perpustakaan mini ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan bagi Saung Pemuda dan Delapan Penjuru dalam hal mencerdaskan anak-anak desa pedalaman dibidang pendidikan. Dengan harapan kedepan, anak-anak desa yang tumbuh menjadi remaja tidak perlu lagi mengais rezeki ditanah orang lain, melainkan membaktikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan menjadi tuan rumah di kampung halaman tercinta.(dharma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar