Jumat, 18 Maret 2011

Kawah Ratu Tawarkan Petualangan Hutan Tropis

Tata Tertib Kawasan TNGHS, Kawah Ratu 
Bogor, Jawa Barat – Buat kamu yang hobi berpetualang di alam bebas, tidak ada salahnya untuk berkunjung di daerah Utara Kota Bogor,Tepatnya di daerah Cibatok, desa pasir reungit. di temat ini kamu tidak hanya di tawarkan dengan udara sejuk, melainkan panorama hutan dan typography masyarakat pedesaan yang ramah.

Desa yang bertempat di bawak kaki gunung Salak ini, bisa di capai dengan memnggunakan beberapa kendaraan umum dan pribadi. selain itu pada malam hari tidak perlu takut kehilangan alat transportrasi, kamu bisa menyewa ojek dan mencarter mobil angkot untk menuju kawasan tempat wisata yang banyak ditumbuhi pohon pinus.

Ditempat ini, ada beberapa tempat yang memiliki spot pemandangan bagus, di antaranya Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet dan beberapa curug kecil. Desa pasir Reungit sendiri terkenal dengan arena camping ground, jalur pendakian menuju puncak Gunung Salak dan jalur menuju Kawah Ratu.


Untuk mencapai lokasi Kawah ratu dan Jalur pendakian Gunung salak, harus menempuh jalan berbatu dan lumpur tanah. Apabila musim hujan mau kesana, sebaiknya lengkapi peralatan standar pakaian dan menggunakan sepatu yang menutupi mata kaki, kalau tidak banyak pacet atau lintah kecil yang menempel di kulit.

Aktivitas Geologi Kawah Ratu 
Kawah Ratu yang berada di ketinggian 1. 338 Mdpl ini, dapat di tempuh dengan berjalan kaki selama 3 jam perjalanan. Dengan rute yang terbilang tidak cukup sulit, selama perjalaan banyak ditemui tanaman kantong semar dan anggrek hutan.

Selain itu suasa hutan tropis begitu kental terasa, hingga banyak satwa seperti elang jawa, matoa bahkan macan kumbang sering kali terlihat. Tidak hanya itu saja, suasana pegunungan yang kental dengan suasana petualangan, suh udaranya mencapai 10-24 drajat Celsius dan hutan termasuk kedalam golongan hutan tadah hujan, karena hampir seriap hari hujan.

Selama perjalanan, kamu juga akan banyak menemui sumber mat air dan sungai yang besar, kadang ketika musim hujan tiba dan sering terjadi banjir. Karena air bah yang turun langsung dari puncak gunung.

Usai melewati perjalanan panjang, tibalah pada tempat pariwisata kawah ratu yang merupakan terjadinya aktivitas geologi dari panas bumi. Terlihat dari cekungan dan pundakan perbukitan yang mengeluarkan belerang panas dan gas asam sulfide (H2S) bau yang menyengat. 

Bahkan sesekali waktu kawah tersebut memuncratkan belerang yang bercampur dengan air hingga suaranya seperti gemuruh yang keras.Hingga menimbulkan kepulan asap belerang yang dapat menutupi seluruh kawasan. Tidak hanya daya tarik kawah belerang saja yang ditawarkan oleh Kawasan wisata kawah ratu yang berada dalam naungan Taman Nasional  Halimun Gunung Salak (TNGHS).

Melainkan sungai Cikuluwung, karena aliran air yang bening, hingga dasar sungai terlihat kekuningan yang bercampur warna putih. Banyak wisatawan local memanfaatkannya untuk berendam untuk melepas lelah setelah berjalan menembus hutan.    
Sungai Cikuluwung

Tidak sedikit dari pengunjung yang memanfaatkan air sungai sebagai media pengubatan, terutama dalam hal mengobati penyakit kulit. Dan banyak juga yang mengambil belerang untuk dibawa pulang. Namun proses pengambilan belerang pun tidak mudah, karena belerang yang bagus itu letaknya berada tepat di lubang kawah yang sewaktu-watu dapat menyemburkan asap panas. Jika tidak ahli bisaberakibat fatal dan menyebabkan kematian.

Meski kawah ratu ini masih menunjukan aktivitas geologinya, tapi bagi vegetasi tumbuhan yang berada di sekitarnya tidak terganggu, terlihat dari beberapa tumbuhan yang hidup seperti Romogiling (Sceferra actinophylla), yang ujung daunnya berbentuk agak bulat dan hidup di sekitar kawah. Sedangkan tumbuhan yang lainnya terlihat kering kerontang karena hawa panas dari kawah tersebut.

Rabu, 02 Maret 2011

Hutan Tropis Ala Cikaniki

CIKANIKI, Sukabumi - Lahan seluas 113, 000 hektare membuat hutan tropis yang berada di kawasan Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa barat, Sukabumi menjadi tempat perhelatan bagi para peneliti dan satwa liar yang ada lingkaran hutan tropis. Hal ini disebabkan karena kawasan ini dihuni lebih dari 500 spesies tumbuhan dan 200 spesies burung tinggal dan menjadi pusat resapan air bagi daerah sekitar.

Sejak tahun 2003 lalu, hutan tropis ini mulai dikembangkan secara intesif dan menjadi daya tarik bagi para peneliti, baik dari dalam dan luar negri. Tentunya daya tarik tersebut tidak pernah lepas dari keragaman hayati dan sumber daya alam yang menjadi tempat bergantung spesies hewan dan tumbuhan.

Dengan hidupnya beberapa satwa dilindungi seperti Elang Jawa, Macan Tutul jawa, Owa Jawa, surili dan beberapa jenis lainnya. Para peneliti bisa dengan bebas bercengkrama dengan objek alam sekitar, sekaligus memanjakan mata dengan menyaksikan primata langka, burung dan siklus kehidupan hutan.

Tidak hanya itu saja, lahan yang banyak menyimpan segudang ilmu pengetahuan ini juga menjadi wilayah tangkapan air untuk daerah sekitarnya. Dimana hutan tropis tersebut dikelilingi oleh dua gunung, yakni gunung salak dan gunung halimun.

Uniknya lahan yang dikelola oleh perhutani memiliki jembatan bertajuk (Canopy Brige) yang lokasinya berada ditengah hutan. Jembatan tersebut memiliki tingginya sekitar 25—30 meter diatas permukaan tanah dan terbentang sepanjang 100 meter. Adapun Tujuan pembuatan jembatan tersebut untuk memudahkan para peneliti dan pengunjung dapat mengamati kehidupan di atas pohon.

Pada awal mulanya, daerah konservasi Cikaniki ini dibuat untuk kepentingan penelitian, namun seiring dengan perkembangannya, tempat ini dibuka untuk umum.

Seperti kebanyakan hutan tropis, kawasan konservasi Cikaniki hampir setiap hari diguyur hujan. Apalagi dimusim hujan yakni antara bulan Oktober hingga April. Uniknya lagi, tempat tersebut makin menunjukan kemolekannya usai hujan turun. Ditambah lagi jatuhnya cahaya sinar matahari pada setiap pohon dan ujung daun.

Bisa dikatakan, kawasan ini seperti labolatorium hidup dan benar-benar alami. Untuk mencapai daerah ini, harus melewati jalan setapak sepanjang 1,8 km dari pos penjagaan. Selama perjalanan, pengunjung dapat melihat berbagai satwa khas hutan hujan tropis dan tumbuhan, seperti pohon Rasamala yang tingginya mencapai 10-25 meter keatas.

Selain itu aneka tumbuhan yang banyak dijumpai seperti tanaman bunga Anggrek, jamur, tanaman carnivora seperti Kantong Semar, rumah semut hingga rayap yang menggerogoti pohon tumbang.

Pengelola kawasan hutan Cikaniki sendiri memberlakukan peraturan untuk tidak mengotak-atik pohon yang sudah tumbang. Tujuannya agar ekosistem dan siklus rantai makanan tidak terputus, selain itu pengunjung sendiri tidak boleh memetik tanaman yang tumbuh, khususnya seperti anggrek dan Kantong semar.

Peringatan mengenai peraturan tersebut menempel di batang pohon bersamaan dengan penunjuk arah yang ada di sepanjang jalur menuju jembatan gantung.

Kawasan hutan tropis Cikaniki dapat ditempuh melalui kecamatan Kabandungan, Sukabumi 2,5-3 jam perjalanan dari Jakarta. Untuk kondisi jalannya masih dari jalur utama hingga Kabandungan cukup baik dan tersedia angkutan umum.

Namun ketika masuk kawasan Taman Nasional, jalan yang ditempuh penuh bebatuan sepanjang 28 Km yang hanya bisa dilewati kendaraan pribadi atau sejenis jeep, bisa juga menggunakan motor yang basic dasarnya trail. (dharma)

Selasa, 01 Maret 2011

Laskar Pelangi Dari Kampung Kramat

PANGKAL PINANG, Babel – Lintang masuk ke ruang kelas dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya, maklum dia baru saja tiba dari rumahnya yang berjarak 80 kilometer dengan mengayuh sepeda! Jalan setapak dan rawa-rawa menjadi santapan sehari-harinya, bahkan pernah suatu ketika Lintang terlambat ke sekolah karena seekor buaya menghadang jalannya. Itulah salah satu adegan film Laskar Pelangi (2008) garapan sutradara muda Riri Riza yang menembus box office perfilman tanah air.

Lintang adalah satu dari sepuluh bocah SD dan SMP yang belajar dalam satu ruang kelas yang jauh dari layak. Sepuluh bocah yang menyebut diri mereka Laskar Pelangi ini punya segudang mimpi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Film Laskar Pelangi yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama karya penulis Andrea Hirata ini mengambil setting desa Gantung di Belitung tahun 1970-an.

Perjuangan berat Lintang dan kawan-kawan dalam meraih mimpi di film bergenre anak-anak ini seolah-olah menggambarkan perjuangan sekelompok siswa para siswa yang tergabung dalam sebuah tim sepakbola yang membawa bendera sekolah mereka, MTs Negeri Pangkal Pinang.

Dengan segala keterbatasan, tim ini punya motivasi tinggi meretas tangga juara di ajang kompetisi Liga Pendidikan Indonesia yang saat ini tengah berlangsung di kota Pangkal Pinang. Sebuah kota yang berjarak 2 jam perjalanan laut dengan kapal cepat dari Belitung, daerah yang menjadi setting lokasi film Laskar Pelangi.

Terletak di kampung Kramat, 2 km dari pusat kota Pangkal Pinang, MTs Negeri ini dihuni oleh tidak kurang dari 700 siswa yang rata-rata bermukin di pelosok desa. “Siswa kami ada yang berasal dari desa Teru yang jaraknya lima kilometer dari sekolah,” kata Risdiyanto, guru olahraga MTsN Pangkal Pinang. Berbeda dengan tokoh Lintang yang harus bersepeda sejauh 80 km ke sekolahnya, para siswa MTsN lebih ‘dimanjakan’ oleh jaman sehingga mereka bisa menggunakan jasa angkutan kota atau sepeda motor bagi yang memilikinya.

Meski didominasi siswa-siswa dari pelosok desa, MTsN Pangkal Pinang termasuk sekolah favorit karena sejumlah prestasi yang diukir dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk sepakbola. “Banyak siswa kami berasal dari pelosok desa yang memiliki talenta luarbiasa. Kami sebagai guru hanya mengarahkan saja,” sambung Risdiyanto lagi.

Tapi seperti kebanyakan sekolah-sekolah di daerah, MTsN Pangkal Pinang jauh dari fasilitas yang memadai untuk mewadahi talenta-talenta siswanya. Tim sepakbola misalnya, mereka berlatih di lapangan yang jauh dari layak, bahkan seringkali tidak bersepatu karena tidak mampu membeli.

“Selain itu, seringkali kami ketinggalan informasi tentang berbagai turnamen, meskipun kami ikut akhirnya kami tampil dengan persiapan seadanya,” ujar guru olahraga yang akrab disapa ‘Pak Ris’ oleh siswanya. Ris menduga, kendala informasi ini tidak lepas dari status sekolahnya yang berbasis agama di bawah naungan Departemen Agama. Sementara banyak kegiatan turnamen digelar oleh departemen Diknas.

Kondisi itupula yang membuat sekolah ini nyaris gagal tampil di liga pendidikan tahun ini karena dispora Pangkal Pinang sempat mengumumkan sekolah yang boleh tampil hanya yang berada dinaungan kementerian pendidikan nasional.
Namun fakta berbicara lain, di saat-saat akhir undangan melayang ke sekolah ini sehingga MTsN Pangkal Pinang bisa ikut meski dengan persiapan seadanya karena mepetnya waktu. “Karena persiapan sangat singkat, kami hanya bermodal tekad, semangat dan talenta sepakbola dari murid-murid kami untuk tampil di liga pendidikan ini,” katanya.

Penampilan eksplosif MTsN Pangkal Piang tidak lepa dari sosok Loviansyah. Pemain yang baru duduk di bangku kelas dua kelahiran Bangka Selatan 8 Juli 1998 ini sudah menyumbang 3 gol, padahal Lovi, panggilannya, berposisi sebagai sayap kiri. “Anak ini punya kecepatan karena dia memang atlet lari nomor 100 meter binaan pencab PASI Pangkal Pinang. Kami memang mengandalkan dia,” kata Risdiyanto tentang Loviansyah.

Meski masih menyisakan empat laga lagi di grup 1 tingkat SMP, Ridiyanto sudah mengusung target lolos ke tingkat provinsi. “Kami yakin bisa karena saya percaya dengan kualitas murid-murid saya.”

Keterbatasan kerap melahirkan motivasi yang kejutan. Dengan latar belakang yang nyaris sama, spirit Laskar pelangi bisa jadi menyusup di dada para siswa MTsN Pangkal Pinang untuk meraih mimpi. (Dharma)