Selasa, 21 Juni 2011

Saksi Tua Sejarah Kota Ambon

Benteng Victoria
 
Benten Victoia (Foto: www.irwantoshut.com)
Dengan kekayaan alam dan pesona bahari yang dimiliki, Kota Ambon menjadi daerah perebutan antara bangsa Portugis, Inggris dan Belanda pada abad ke 16. Pada mulanya Bangsa Portugis lebih dulu datang dan menguasai Pulau Ambon, tepatnya di daerah pantai Honipopu, Nagari Soya.

Ketika itu Pangeran dari negri Soya menerima dan memperlakukannya selayaknya tamu, tak lama setelah itu, salah satu panglima Portugis mengajukan permintaan kepada Raja Soya. Yaitu meminta sebidang tanah yang luasnya hanya satu lembar kulit sapi.

Lalu permintaan tersebut dikabulkan oleh Pangeran Soya, karena mereka dianggap tamu dan kedatangannya dengan alasan untuk membeli rempah-rempah. Ironisnya Panglima tersebut berniat lain, dirinya memotong kulit sapi mejadi bagian kecil-kecil. Lalu potongan tersebut disebarkan disepanjang bibir pantai Honipopu yang kemudian dijadikan benteng pertahanan Portugis sekitat tahun 1575 dengan nama 'Nossa Senhora da Anunciada'.

Namun seiring dengan perebutan wilayah antara Portugis dan Belanda, terjadi pertempuran antara kedua belahj pihak. Dengan terpaksa Portugis menyerahkan benteng tersebut kepada Belanda karena kalah persenjataan. Kemudian benteng tersebut berubah nama menjadi ‘Victoria’ yang artinya kemenangan.

Letak Benteng Victoria sendiri berada di Teluk Laha, tepatnya di jalan Slamet Riyadi dan tidak jauh dari Bandara Internasional Pattimura. Untuk mencapai kesana hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit jika menggunakan kendaraan umum.

Namun benteng yang menjadi saksi sejaah terbentuknya Kota Ambon ini sudah beralih fungsi menjadi markas besar TNI AD, tidak sedikit wisatawan yang berkunjung kecewa. Karena tidak leluasa menikmati arsitektu bangunannya, selain itu pengunjung juga tidak boleh berlama-lama dan harus melewati prosedur yang cukup rumit. 

Tidak sedikit wisatawan yang datang berkunjung merasa kecewa, karena tidak bisa menikmati sejarah perjalanan Kota Ambon yang sangat panjang. Bahkan nilai historis yang terkandung didalamnya tidak ada yang tahu. tentunya kekhawatiran terhadap kondisi Benteng Victoria ini menjadi pekerjaan rumah bagi dinas pariwisata dan dinas kebudayaan. Guna anak bangsa bisa menghargai sejarah dan menambah kecintaannya terhadap bangsa.

Rabu, 01 Juni 2011

Eksotisme Pulau Tidung Di Utara Jakarta

Terletak di sebelah utara Kota Jakarta, Kepulauan Seirbu bisa menjadi alternative wisata bahari yang terbilang cukup murah. Misalnya Pulau Tidung, yang memiliki nuansa laut berwarna biru kehijauan, terumbu karang yang masih alami, hamparamn pasir putih dengan hemburan ombak yang tidak begitu besar.

Pulau memiliki dua pulau yang menjasi tempat pariwisata eksotik, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Diantara kedua pulau tersebut terdapat jembatan penghubung yang terbuat dari kayu, pada jembatan tersebut, anda bisa melihat berbagai macam bentuk terumbu karang aktif dan ikan hias di sela-sela terumbu karang.

Selain itu, ekosistem terumbu karang yang terdapat di pulau tersebut masih memiliki keindahan alami,  banyak pengunjung melakukan kegiatan snorkeling dan diving. Tidak hanya itu saja, kegiatan memancing atau sekedar menikmati matahari tenggelam di sore hari pun bisa dilakukan di sekitar kawasan pulau tersebut.

Eksotisme pulau ini memancing rasa ingin tahu bagi para pecinta backpackers dan para peneliti lingkungan hidup. Tidak jarang para backpackers bermalam di Pulau Tidung kecil yang memiliki luas tidak kurang 200 meter dan tidak berpenghuni.  Sedangkan bagi para peneliti, banyak melakukan riset mengenai ekosistem terumbu karang. Baik penanaman kembali terumbu karang dan segl bentuk fauna bahari.  

Jika Pulau Tidung ramai dengan dengan para wisatawan backpackers dan peneliti, lain halnya dengan Pulau Tidung Besar yang ramai dengan penginapan bergaya modern yang berada di lingkungan masyarakat. Untuk tarifnya pun tidak terlalu mahal. Yakni berkisar antara Rp. 25.000 hingga Rp. 100.000 untuk satu malam.  

Kehadiran pengunjung di Pulau ini ternyata menjadikan perekonomian masyarakat setempat makin maju. Tidak jarang dijumpai masyarakat setempat yang menjual kerajinan berupa hiasan dinding yang terbuat dari karang laut, ikan segar dari laut, rumah makan sea food.

Tidak hanya itu saja pengunjung juga bisa menyewa sepeda dengan tarif Rp. 5.000 untuk satu hari, sewa alat snorkeling dengan harga Rp. 35.000, sedangkan untuk  diving berkisar Rp.100.000. Bahkan anda juga bisa menyewa perahu kecil dan banana boat untuk berkeliling pulau dengan tarif Rp. 32.000.

Makin meningkatnya pariwisata, membuat pemerintah daerah setempat semakin serius untuk memberikan fasilitas umum misalnya sepeti  puskesmas, pemadam kebakaran, pembangunan sekolah, penambahan dermaga kapal, dan lain –lain.

Untuk mencapai ke Pulau Tidung bisa ditempuh waktu satu hingga dua jam dari pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara atau bisa juga melalui pelabuhan Rawabasan, Tangerang. Sedangkan tarifnya tidak terlalu mahal, untuk satu orang penumpang kapal angkutan umum dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000 berikut asuransi kecelakaan. Sedangkan untuk tarif kapal speed boat, dikenakan tarif sebesar Rp. 70.000 hingga Rp. 100.000 per orang.

Bagi yang tidak mau repot, bisa mendatangi  agen travel pariwisata dengan tarif Rp. 350.000 – Rp. 500.000 per orang dengan fasilitas penginapan, snorkeling, diving, makan siang-malam dan berkeliling pulau Tidung dengan menggunakan kapal kayu atau banana boat.

Seiring dengan banyaknya wisatawan local dan asing, membuat pulau ini tertimbun dengan sampah sepanjang pantai. tentunya hal ini menjadi pekerja rumah dari dinas pariwisata setempat dan tanggung jawab wisatawan untuk mendisiplinkan diri tidak membuang sampah sembarangan.