Jumat, 01 Juli 2011

Karimunjawa Surga Bagi Para Penyelam

Karimun Jawa, Jawa Tengah – Karimun jawa banyak dikenal oleh sebagian orang sebagai surge para pecinta olahraga Diving. Terlihat dari pesona bawah laut yang masih jarang tersentuh tangan manusia dan pencemaran lingkungan. sehingga para penyelam (Diver) merasa nyaman melakukan kegiatan di bawah laut.

Tidak hanya itu saja, Ikan hias laut seperti Clown Fish, Angel Fish, Coral, Anemon, Teripang dan lain –lain banyak ditemui pada kedalaman lima meter di bawah permukaan laut. Karena keanekaragamannya baharinya tersebut, Jejeran Pulau Karimun Jawa menjadi pusat pehatian wisatawan Lokal dan mancanegara sebagai salah satu refrensi wisata bahari.

Keelokan pesona bawah laut Karimun Jawa ternyata membuat pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah menjadikan tempat ini sebagai Taman nasional pada 15 Maret 2010. Mengingat kawasan ini banyak menyimpan 400 spesies fauna laut, 242 diantaranya adalah ikan hias. Tidak hanya itu saja, di kawasan ini pula menjadi rumah bagi habitat Elang laut dada putih, Penyu Sisik dan Penyu Putih.

Taman Nasional Karimunjawa juga menyimpan keistimewaan tersendiri, tidak jarang wisatawan menyebutnya sebagai ‘Nirwana terpendam’, Karena panorama bawah laut yang indah dan suasana tenang di pesisir pantai. Ditambah lagi dengan deburan ombak yang tidak terlalu besar, menambah cerita saat berkunjung di daerah ini.

Kawasan wisata yang memiliki iklim tropis dan memiliki suhu minimum 22 drajat celcius, memberikan  kesan tersendiri. Dengan berbagai panorama alam tropis dan keindahan bawah laut, berbagai aktivitas seperti memancing, Snorkling, Diving, atau berjemur dapat dilakukan kapan saja. Bahkan ada masyarakat yang menyewakan perahu, yang di tengah badan kapal terdapat kaca tembus pandang ke dasar laut, agar para wisatawan dapat melihat ekosistem di bawah laut.

Pulau karimunjawa sebdiri terdiri dari 27 pulau kecil dan lima buah pulau besar yang berpenghuni, pulau yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan adalah Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil. Kedua pulau tersebut merupakan sumber perekonomian masyarakat setempat. Dimana Pulau Menjangan besar sebagai pusat kerajinan berupa cenderamata dari batu-batuan pantai, tongkat kayu yang terbuat dari bahan kayu nyampulung.

Konon kayu nyamplung adalah jenis pohon yang batangnya dijadikan tongkat oleh Sunan Muria dan kayu tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai bahan obat-obatan.  Namun akibat merebaknya penebangan hutan secara liar, pohon nyamplung sulit ditemui, bahkan sebagaian masyarakat pohon tersebut sudah punah.

Sedangkan Pulau menjangan Kecil merupakan tempat penangkaran penyu dan berbagai jenis fauna laut lainnya. Di tempat ini pula terdapat Wisma Apung yang terbuat dari anyaman bambu, sehingga penginapan ini menjadi tempat favorit untuk menginap bagi wisatawan.  Karena penginapan ini memiliki daya trik tersendiri, yakni tepat dibawah penginapan tersebut terdapat penangkaran ikan Hiu, sehingga pengunjung dapat bercengkrama dengan binatang buas tersebut atau sekedar memberi makan.  

Diresmikannya gugusan pulau Karimunjawa menjadi Taman Nasional, ternyata membawa berkah bagi masyarakat setempat, terutama dalam hal perekonomian dan pemanfaatan sumber daya manusia. Selain itu sarana yang diberikan pemerintah dalam hal pendidikan mengarah pada pembudidayan rumput laut dan ilmu perikanan.  

Menurut lagenda, Gugusan Pulau Karimunjawa ditemukan pertama kali oleh Amir Hasan, anak lelaki dari Raden Umar Said atau biasa dikenal dengan Sunan Muria. Dirinya menerima hukuman dari ayahnya untuk menyendiri dan merenungi kesalahannya di sebuah pulau yang terlihat Krimun-krimun (Sebutan bagi orang jawa yang berarti samar-samar) dari puncak Gunung Muria tempat tinggalnya.

Pulau yang terlihat samar-samar tersebut banyak dihuni oleh orang jawa yang mengungsi saat terjadinya perang kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Demak. Sehingga secara spontan Amir Hasan menyebut pulau tersebut KrimunJawa, yang artinya Pulau yang terlihat samar namun berpenghuni orang jawa. (dharma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar