Minggu, 06 Februari 2011

SELAMATKAN KUALITAS MUSIK INDONESIA

Indonesia merupakan salah satu Negara yang telah lama berkecimpung di bidang musik, banyak dari musisi kita yang telah mendapatkan “nama” di pentas musik dunia. Namun belakangan banyak grup di Negara ini yang mengaku musisi atau pelaku musik yang tidak lagi mementingkan kualitas, mereka hanya korban dari permainan dari direksi dan petinggi mayor label.

Mereka-mereka yang berkuasa atas segala rekaman dan promosi album, menjual musisi murahan tersebut demi keuntungan semata, bukan sebagai pewarna baru dan regenerasi dalam dunia musik nasional, mereka selalu mempersoalkan selera pasar. Lalu, apa motif sebenarnya dari pengusungan musisi murahan seperti ini?

Jika ditinjau dari penilaian masyarakat pula, musisi murahan ini hanya menjadi hujatan dan sasaran caci maki dari para penikmat musik tanah air. Atau, apakah hujatan dan caci maki masyarakat itu membawa nilai lebih bagi pihak label? Apakah malah hujatan-hujatan tersebut yang mendongkrak pamor para musisi murahan tadi? Jika ya, berarti yang mereka jual bukanlah seni, mereka hanya menjual sensasi.
Fenomena ini juga akan berdampak buruk bila dibiarkan terus berkembang.

Dampaknya adalah :
1. Musisi-musisi lain yang sebenarnya jauh lebih berkualitas, akan semakin kehilangan pamor. Mereka yang kuat akan terus bermusik dengan hati mereka, mainkan apa yang mereka inginkan. Mereka yang lemah akan terbujuk goda rayu mayor label dan berubah genre mereka sesuai kemauan pihak yang memegang kuasa, dan hal ini akan menambah panjang daftar musisi murahan.

2. Tidak ada lagi referensi musik yang berkualitas dari dalam negeri. Jadi jangan salahkan atau menilai buruk orang-orang yang lebih suka dengan musik luar saat ini, karena musik Indonesia dianggap telah kehilangan kualitasnya.

3. Perlahan tapi pasti, terjadinya penurunan kecerdasan bermusik bagi generasi mendatang. Yang mereka pelajari dalam masa pengembangan bakat ialah musisi murahan tersebut, bahkan bukan tidak mungkin nantinya mereka akan menjadi penerusnya dan hanya bisa bermusik sebatas chord D-Bm-G-A dengan ketukan drum yang low beat. Tidak ada lagi harmonisasi jazz, irama blues, ataupun sekedar akustik yang bermain dengan chord-chord ganda, ataupun musik-musik keras yang bermain double pedals. Jika itu terjadi bisa dipastikan musisi Indonesia yang sebelumnya berkualitas hanya akan menjadi kenangan. (Ula)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar